Tuesday, June 15, 2010

Museum Kartun itu Seharusnya di Kaliwungu


Mantan Cleaning Service-nya Bog-Bog, si Koming yang pada waktu itu masih ABG mengkerutkan dahi. Perhatiannya tertebar pada beberapa amplop yang berkop KOKKANG. Kemudian ia ngomong, ""Eh, di ja gen jelemane ne di Kaliungu. Adi sing taen tepuk nah ?" Diartikan ke bahasa Endonesa kurang lebih begini, "Eh, Di mana saja orangnya ini di Kaliungu. Kok gak pernah ketemu, ya?" Ya tentu saja tidak pernah bersua karena Kaliungu yang dimaksud oleh si Koming bukan Kaliwungu-nya KOKKANG. Kaliungu yang dimaksud si Koming adalah banjar (dusun Bali, red)) Kaliungu yang kebetulan sangat dekat dengan kantor Redaksi Bog-Bog.

Di Bog-Bog lah aku merasa begitu kagum dengan komplotan kartunis Kaliuwungu (singkatan pertama KOKKANG). Sebelumnya aku emang sudah mendengar kemahsyuran nama KOKKANG lewat berbagai media massa.
Tapi secara dekat aku melihatnya sendiri ketika masih di Redaksi Majalah Bog-Bog. Bagi saya KOKKANG adalah sungai ide yang mengalir terus menerus sampai jauh (maaf mbah Gesang aku pinjem lirik lagu "Bengawan Solo" nya). Begitu banyaknya karya kartun KOKKANG yang masuk redaksi sekali edisi. Sampai-sampai teman-teman bingung menyeleksinya.

Dan aku semakin jatuh kagum ketika aku mendapatkan artikel di Majalah Pantau almarhum yang ditulis oleh Budi Setiyono. Artikel itu berjudul, "Kartun Berhenti di Kaliwungu". Feature ini sangat bercerita. Membacanya seperti mengalami rinti-rintik hujan di teras markas KOKKANG yang sudah lapuk (yang kemungkinan besar sekarang sudah di renovasi oleh si Itos).

Tersebutlah dua nama. Itos alias Budi Santoso dan Odios alias Darminto Masiyo Sudarmo. Kedua orang inilah yang disinyalir mendirikan KOKKANG (Kelompok Kartunis Kaliwungu) yang berdiri pada tangggal 10 April 1982. Tapi kadang aku ketemu dengan singkatan lain dari KOKKANG, Koperasi Kartunis Kaliwungu. Dasar kartunis sukanya memplesetkan. Markas besarnya (baca: sanggarnya) di rumah Itos, Jalan Boja 106.

Gak afdol kayaknya berdiri tanpa proklamasi. Tersebutlah sebuah pameran kartun di pendopo Kawedanan Kaliwungu, yang dibuka oleh sang pengusaha jamu Jaya Suprana dan Soewondo dan Perhimpunan Pencinta Humor, Semarang. Selanjutnya, pameran ini begitu memancing para muda Kaliwungu bergiat di dunia kartun mungkin lebih mirip menyebarnya bisnis MLM, hee..hee.

Dan munculah nama-nama seperti M. Nasir (Bola), Prie G.S, Nur Rohim dan Joko Susilo (Suara Merdeka), Pujo Waluyo (Peluang), Muktafin (Rakyat Merdeka), Hertanto (Warta kota), Ipong Gufron (Freelance Duta Masyarakat), M. Komarudin (Kontributor Peluang), Wawan Bastian (Aura), Wahyu Widodo (Surabaya Post), dan sebagainya. Dan karya para kartunis Kokkang pun tersebar dimana-mana. Bahkan sampai ke media-media daerah lain seperti Denpost dan Balipost yang notabene begitu "jauh" dari Kaliwungu.

Bukan hanya itu. Prestasi mereka pun sangat luar biasa. Kontes kartun Internasional pun sepertinya sangat sering mampir ke Kaliwungu. Sebut saja misalnya The Yomiuri Shimbun International Cartoon Contest (Japan), Sport Chosun International Cartoon Contest Seoul, International Nasreddin Hodja Cartoon Contest (Turki) dan lain sebagainya.

Seorang Kosei Ono, profesor Universitas Tokyo (anggota dewan penasehat Museum of Cartoon Art) saja begitu kagum dengan KOKKANG."Kok bisa sebuah kampung dengan masyarakat yang sederhana memproduksi kartun yang disebar kemana-mana dengan manajemen produksi yang unik," kata profesor tersebut ketika menyempatkan diri berkunjung ke Omiwa-nya Indonesia itu. Omiwa adalah perkampungan kartunis di Jepang.

Dengan tidak mengecilkan arti sejarah, prestasi dan perjuangan kawan-kawan kartunis di Bali, aku merasa bahwa tak ad sejarah kartun yang penyebarannya, semangatnya maupun prestasinya semasif KOKKANG. Nilai Museum adalah nilai sejarah. Tanpa sejarah itu namanya galeri.

Dan si Budi Setiyono akhirnya menutup tulisan. "Dari kampung kecil ini, KOKKANG jadi duta kesenian Indonesia di mancanegara. Nama mereka harum bak melati, tanpa harus didukung pemerintah, organisasi dana asing, dan tanpa mengeluarkan kocek."

Walau secara formal Museum kartun Indonesia katanya ada di Bali, tapi bagiku KOKKANG adalah museum kartun Indonesia yang sebenarnya. (cartoonesia.com)

Keterangan Gambar:
Kartunis Kokkang, Ifoed (kiri) ikut membunyikan suling untuk mengiringi penabuh musik tradisional di salah satu Museum Lukisan di Ubud, Bali.

0 comments:

Post a Comment

Tuliskan komentar atau pendapat Anda di kolom ini kemudian klik Preview atau langsung Publish!