Wednesday, December 03, 2008

Latar Belakang dan Silsilah Lahirnya KOKKANG



MENURUT Odios, sampai dengan tahun 1979, di Kaliwungu atau bahkan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, hanya ada satu kartunis; yaitu dirinya. Sekian lama luntang-lantung mengartun sendirian, agak membuatnya sedikit bersalah; karena honor-honor yang masuk lewat kantor pos Kaliwungu hanya dia sendiri yang menikmati. Maka ketika pada tahun 1979-an, bulannya lupa, dia ketemu Itos di kampus IKIP Negeri Semarang dan terjadilah dialog yang intinya Itos pingin banget belajar dan bisa ngartun.
Liburan kuliah, Odios yang ada pekerjaan membuat desain motif batik “Joeni Batik” di Bogor menawari Itos ikut; karena di sana ada banyak waktu luang yang bisa digunakan untuk berlatih menggambar kartun. Itos setuju. Sekitar 10 hari, Itos langsung berubah menjadi manusia baru! Dia langsung menjadi kartunis yang cerdas. Cerdas artinya langsung menemukan corak atau style tokoh yang mewakili dirinya dan ide-ide yang dibuatnya pun tergolong unik dan baru. Tidak tanggung-tanggung, dalam masa latihan di Bogor itu dia langsung dapat menciptakan kartun yang siap dikirim ke media sekitar 75 gambar.
Itu bagian yang sangat penting dari organisasi budaya yang bernama KOKKANG. Karena meskipun sempat beberapa lama mengalami pasang surut dalam berkarya, toh akhirnya wesel honorariun dari media Jakarta datang bertubi-tubi dan membuat Itos nyaris tak percaya, kalau dari corat-coret di kertas seperti itu dihargai cukup layak oleh media.
Maka setelah KOKKANG didirikan (1982) dan kedua kartunis ini mengadakan pameran kartun bersama di Pendapa Kawedanan Kaliwungu, sambutan masyarakat pun sungguh di luar dugaan. Anggota-anggota baru masuk berebutan. Hingga datang tahun 1988, saat yang tak dapat ditolah oleh Odios karena dia harus bekerja sebagai wartawan di Jakarta. Urusan mengenai kelompok ini akhirnya diserahkan total kepada Itos. Dan di bawah pimpinan Itos yang kadang streng tetapi sesungguhnya baik, ada suasana pasang surut; tetapi akhirnya sejarah mencatat, bahwa KOKKANG toh pada akhirnya dapat survive hingga 26 tahun lebih.
Sungguh ini sebuah anugerah yang luar biasa. Kelompok ini tidak pernah puas sampai di sini; mereka tetap punya cita-cita; baik itu menyangkut visi individu maupun kelompok; cita-citanya adalah dapat hidup layak dari keahliannya. Itu mungkin terasa naif, tapi entah bercanda atau sungguh-sungguh, salah seorang dari mereka ada yang nyeletuk pingin jadi bupati. “Aneh, kan kalau ada bupati dari kartunis?” ujar si pemilik keinginan tersebut.

0 comments:

Post a Comment

Tuliskan komentar atau pendapat Anda di kolom ini kemudian klik Preview atau langsung Publish!