Tuesday, December 16, 2008

Waktu 60 Menit, Mengantarkanku Jadi Juara

Tanggal 12 November 2007, hari itu aku benar-benar sibuk, pagi itu deadline pekerjaan pembuatan komik iklan untuk majalah anak. Profesiku adalah kartunis, selain menjadi kartunis freelance aku juga menjadi konsultan desain visual untuk beberapa lembaga asing di Jakarta. Walaupun menjadi kartunis bukan cita-citaku, tapi sekarang aku sangat menikmati pekerjaanku ini. Di KTP aku tulis pekerjaan: Kartunis. Aku merasa bahwa profesi kartunis itu sama dengan profesi-profesi yang lain, walaupun masih belum umum bagi masyarakat di sini. Hampir separuh hidupku aku jalani menjadi kartunis. Suka duka menjalani profesi kartunis sudah aku rasakan, lebih banyak sukanya daripada dukanya.
Aku juga pernah bekerja sebagai kartunis tetap di majalah Humor dan majalah anak Ina. Tahun 2000 aku mendirikan Communicartoon studio, sebuah usaha di bidang jasa yang menangani beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan humor, kartun dan desain grafis. Hasil karyaku berupa ilustrasi, komik kartun, iklan untuk majalah dan koran, karikatur, kartun, cover buku, dan karya desain grafis. Puncaknya ketika aku dipercaya untuk membuat sebuah film animasi berdurasi 1 jam.
Waktu menunjukkan pukul 08.20 WIB, aku kirim materi iklan yang sudah selesai aku kerjakan untuk majalah anak melalui internet ke klien. Teknologi internet banyak membantu dalam hal pekerjaanku, terutama mengatasi waktu yang sangat terbatas dalam pengiriman hasil karya ke klien. Dengan internet pula praktis aku lebih banyak bekerja dan ngantor cukup di rumah. Aktivitasku setelah bangun tidur dan sholat subuh, aku bisa langsung bekerja dalam kondisi fresh. Kantornya km 0. Sebuah impian yang menjadi kenyataan sekarang ini.
Lega rasanya setelah melewati deadline pertama hari itu. Karena sejak beberapa hari lalu aku mengerjakan iklan tersebut. Perasaan lega ternyata cuma sebentar, karena hari itu juga deadline lomba karikatur KOMNAS HAM tingkat Nasional dengan tema kekerasan anak. Adrenalinku kembali terpacu waktu melihat pengumuman lomba tersebut.
Informasi lomba sebenarnya sudah lama aku peroleh, namun karena pekerjaan yang lumayan banyak waktu itu, menjadikan aku belum fokus membuat karya untuk lomba Karikatur KOMNAS HAM tersebut.
Rasanya sudah cukup lama lomba karikatur semacam ini tidak diadakan di Indonesia, makanya ketika tahu informasi ada lomba tersebut, dengan semangat 45 aku sangat menggebu-gebu ingin ikut menjadi peserta lomba tersebut. Bagiku ikut lomba salah satu tujuannya adalah untuk menguji kemampuan, kalaupun menang atau kalah adalah hal yang tidak terlalu aku pikirkan. Itu hanya efek sampingan saja. Yang penting aku berkarya sebaik mungkin dan optimis. Aku suka bilang ke teman-temanku ”Menang dalam suatu lomba itu urusan nomor 5.......urusan 1 sampai 4 itu nggak ada, he-he-he!”
Kembali aku cerita ke persiapan lomba. Untuk lomba waktu itu seperti biasanya aku selalu mencari bahan untuk ide sesuai dengan tema lombanya. Ide lomba aku cari dari koran, majalah, buku kartun juga di internet. Setelah ide-ide cukup aku dapatkan, baru aku eksekusi menjadi visual atau gambar dalam bentuk sket terlebih dahulu.
Aku merasa beberapa ide yang sudah aku dapatkan rasanya belum cukup pas dan sreg. Sampai pagi hari, ide yang aku anggap cukup kuat baru ada satu, untuk nambah ide lagi rasanya sudah buntu kepala ini. Mendengar bunyi detak jam dan suara degup jantungku rasanya seperti dikejar waktu yang semakin mendekati finish.
Pagi itu aku sempat telepon panitia lomba, menurut panitia deadline pengiriman sampai jam 16.00 WIB. Selesai telepon panitia aku langsung menghitung waktu efektif yang ada sekarang, waktu untuk untuk bikin gambar dan waktu untuk pengiriman. Praktis hari itu hanya tinggal ada waktu 6 jam yang harus aku manfaatkan dengan baik. Untuk membuat gambar aku butuh waktu kurang lebih 3,5 jam, sisanya untuk pengepakan karya dan pengiriman.
Setelah berdoa aku langsung visualisasikan idenya. Waktu menggambar rasanya hati ini yakin dan mantap betul. Dalam pikiranku hanya ada satu fokus: selesaikan segera dan kirim. Bekerja di bawah tekanan deadline membuat adrenalin dalam tubuhku mengalir cukup deras. Aku bersyukur dulu pernah bekerja di media massa kurang lebih 10 tahun, di situ aku bener-benar digembleng bekerja dengan tekanan dead line yang cukup ketat. Hasilnya sekarang aku terbiasa untuk lebih tenang dalam situasi tertekan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Dan hari itu aku merasakannya, walaupun tegang namun aku masih bisa mengontrol urat-urat tanganku dalam setiap tarikan kuas dan pensil yang aku torehkan di atas kertas. Aku berusaha membuat karya terbaik. Satu kali sempat aku gagal dalam menyelesaikan karikaturnya, kemudian aku membuat lagi dan aku anggap karya yang ke dua itu sudah pas dengan ide dan visualnya.
”Mak Plong” rasanya hati ini ketika aku menuliskan namaku di karya tersebut, sebagai tanda karya sudah selesai. Tugas selanjutnya adalah menyiapkan persyaratan lomba dan memasukan bersama karya ke dalam amplop untuk dikirim. Praktis hanya satu karya yang bisa aku kirim hari ini. Walaupun cuma satu karya tapi hati rasanya pede sekali waktu mengirimnya. Pukul 14.30 Wib semua siap untuk dikirim. Pengiriman rencananya akan aku antar langsung ke panitia lomba. Lewat pos atau kurir rasanya nggak mungkin sampai sore itu.
Aku tinggal di wilayah Bintaro, perkiraanku butuh waktu 1,5 jam untuk sampai di Kantor KOMNAS HAM di Menteng Jakarta dengan mengendarai sepeda motor.Bagiku sepeda motor adalah sarana transportasi yang paling bisa diandalkan untuk mengejar waktu. Di Jakarta yang serba semrawut dan macet, pilihan menggunakan kendaraan sepeda roda dua ini adalah pilihan yang pas untuk mobilitas yang tinggi dalam membantu kelancaran pekerjaan. Dengan berkendaraan bermotor masalah waktu tempuh pun masih bisa kita perkirakan dengan tepat. Tidak salah lagi pilihanku pada siang hari itu untuk mengantar karya lomba tersebut dengan naik sepeda motor. Perjalanan menuju kantor KOMNAS HAM siang itu tidak terlalu banyak hambatan, kalaupun ada kemacetan di jalan adalah hal biasa di Jakarta, dengan sepeda motor aku bisa menerobos kemacetan dengan lebih cepat.
Tepat pukul 15.30 Wib sampailah aku di Kantor KOMNAS HAM tepatnya di jalan Latuharhary Menteng. Perjalanan dari rumahku sampai kantor KOMNAS HAM aku tempuh selama 60 menit. Dari deadline panitia yang sudah ditentukan masih ada waktu 30 menit untuk menyerahkan karya ke panitia.
Di kantor panitia ternyata ada beberapa teman-teman kartunis lain yang juga baru mengirim karya sore itu. Rupanya kebiasaan kirim lomba pada detik-detik terakhir itu juga mewabah di kalangan para kartunis. Lagi-lagi ”Mak Plong” rasanya hatiku ketika menyerahkan amplop coklat yang berisi karya lomba ke panitia lomba.
Di panitia lomba beberapa teman kartunis bertanya ke padaku ” Amplopnya tebel banget, pasti kirim gambarnya banyak, ya...” Aku hanya tersenyum, padahal karya cuma satu, tapi aku kemas dengan melindungi karya tersebut dengan sterofoam, jadi kelihatan amplopnya tebal. Aku mengucapkan syukur Alhamdulillah. Sekarang tinggal menunggu hasil pengumuman lombanya.
Pada 30 November 2007, hari itu adalah hari yang sangat membahagiakan buatku, sore tadi aku mendapat telepon dari kantor KOMNAS HAM dari panitia lomba karikatur, mereka menyampaikan berita kalau aku keluar sebagai juara I dalam lomba karikatur tersebut. Aku mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah atas anugerah ini.
Malam harinya aku menerima telepon dari teman-teman yang memberi ucapan selamat atas keberhasilanku, rupanya pengumuman hasil lomba juga sudah ditayangkan di website KOMNAS HAM sore itu.
Keberhasilanku kali waktu itu adalah berkat ihktiarku yang maksimal, doa dari orang tua juga dari keluargaku dan pertolongan dari Allah. Sebagai juara I aku berhak mengantongi hadiah uang 10 juta. Aku senang dan bangga dengan hasil yang telah aku capai, setelah menyisihkan seluruh peserta lomba dari segala penjuru negeri dan meyakinkan dewan juri untuk memilih karyaku sebagai yang terbaik di antara yang baik.
Hari itu menjadikan diriku semakin yakin dan mantap dengan profesiku sebagai kartunis, dan koleksi penghargaanku juga semakin bertambah. Ketika aku melihat ke luar jendela, kulihat sepeda motorku di teras rumah. Dalam hati aku berkata ”Walaupun wujudmu cuma benda mati tapi di mataku kau adalah sahabat sejatiku. Terima kasih sahabatku, perjalanan 60 menit kemarin telah menghantarkan aku menjadi seorang juara.”

Ifoed, Kartunis Kokkang tinggal di Tangerang.

0 comments:

Post a Comment

Tuliskan komentar atau pendapat Anda di kolom ini kemudian klik Preview atau langsung Publish!